Masa depan pendidikan mereka cerah jika tidak terbentur dengan biaya mahal.

21 Juli 2006

Albert, Einstein dari Kaki Gunung Sumbing


Oleh Ahmad Zamroni

Olimpiade Sains tingkat Nasional (OSN) 2004 telah lama usai. Jawa Tengah sebagai salah satu peserta berhasil meraih enam medali emas. Dua emas ternyata disumbangkan oleh dua putra daerah yang belajar di SMAN 1 Temanggung, yaitu Albert Gunawan dan Rudi Adha Prihandoko di bidang matematika.

Tidak selesai sampai di sini, mereka pun mengikuti pembekalan dan seleksi Olimpiade Matematika Internasional (International Mathematic Olympiad/IMO) yang diselenggarakan 22 hari pada bulan Maret-April 2006 di PPPG (Pusat Pengembangan dan Penataran Guru) IPA Bandung. Hasil seleksi akhir, dari 17 peserta Albert Gunawan masuk dalam enam besar calon peserta IMO yang diselenggarakan pada bulan Juli 2006 di Ljubljana, Slovenia.

Sungguh mengagumkan prestasi remaja yang bercita-cita menjadi ilmuwan matematika ini. Tidak hanya di tingkat Nasional tapi selangkah lagi akan berbicara di tingkat internasional. Bukan hanya mengharumkan nama kota Temanggung, akan tetapi membawa nama bangsa ke pentas dunia di bidang ilmu matematika.

Albert, tumbuh dan besar dari keluarga sederhana. Ayahnya Agus Purwanto, 51 tahun, dan ibunya Lanny Chandrawi, 48 tahun, adalah wiraswastawan biasa. Remaja yang lahir pada 26 Februari 1988 ini menjalani masa kanak-kanaknya di tempat tinggalnya kini, tepatnya kawasan di Jalan DI Panjaitan No.5, Pandean Temanggung.

Anak bungsu dari dua bersaudara ini bukanlah tipe remaja pendiam dan kutu buku. Bukan pula tipe ‘anak gaul’ yang suka nongkrong. “Dia itu anaknya serius tapi tidak juga pendiam, biasa saja”, kata Ibu Ning Esti, 44 tahun, guru matematika yang cukup dekat dengan remaja ini. Kesederhanaan menjadi ciri menonjol dari dirinya. “Saya berikan ke orang tua mas”, jawab Albert saat ditanya mengenai uang sekitar Rp 7 juta hasil dari lomba yang diikutinya.

Tidak seperti Einstein yang pernah tinggal kelas, Albert melalui masa sekolahnya dengan sangat lancar. Selepas menyelesaikan sekolah di SMP Masehi di Jalan dr. Sutomo, Albert melanjutkan sekolah di SMAN 1 Temanggung. Bakat di bidang ilmu matematika mulai terlihat sejak semester pertama.

Sejak saat itu, lewat gemblengan guru matematika dan juga senior-seniornya yang terlebih dulu merasakan ketatnya seleksi OSN dan IMO, Albert menekuni secara khusus ilmu matematika. Hasilnya tidak mengecewakan. Pada tahun 2004 alber meraih emas pada Pada OSN di Pekanbaru. Namun sayang, remaja pecinta komik ini harus gagal saat mengikuti seleksi IMO ke Meksiko. Tidak patah semangat, tahun berikutnya pelajar dengan IQ 149 ini mencoba kembali. Ketekunan usahanya pun akhirnya membuahkan hasil dengan lolosnya Albert ke dalam tim yang akan mengikuti IMO di Slovenia.

Namun sayang, impian pelajar berusia 18 tahun ini untuk menorehkan sejarah di Slovenia harus kandas. Bukan karena ilmu yang kurang atau pengetahuan yang tidak mencukupi. Kegagalan Albert untuk mengikuti ajang bergengsi ini dikarenakan kelalaian Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam hal ini Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam pengurusan visa.

Kekecewaan tidak hanya dialami oleh dirinya, Ning Esti merasa sangat terpukul dengan keadaan itu. “Saya sangat menyesalkan ketidakprofesionalan Depdiknas,” ujar ibu guru yang berpengalaman mengajar selama 20 tahun ini. Bahkan anggota DPR yang juga Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional, Djoko Susilo, sempat berujar bahwa kelalaian Depdiknas telah merenggut kesempatan emas pelajar Indonesia ini.

Apa mau dikata, walau gundah pemuda calon mahasiswa Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada ini tetap harus menatap ke depan. Kegalauan tidak boleh menghabiskan energinya untuk berprestasi di hari kemudian.

Albert berharap kesuksesannya mampu menjadi inspirasi bagi pelajar-pelajar di kota yang sangat ia cintai. Jalan masih panjang. Kegagalan mengajari kita untuk berhasil.



0 komentar:

 
© Original template design: BlogspotTutorial - modifite by Andy Yoes