Masa depan pendidikan mereka cerah jika tidak terbentur dengan biaya mahal.

10 Februari 2008

H. Satoto, Simbahnya Perantau

Kalau akhir-akhir ini ada yang menarik perhatian di kalangan perantau asal Temanggung di Jakarta, barangkali Sosok H Satoto tidak bisa diabaikan. Kakek kelahiran Ngadirejo 24 Juni 1945 yang besar di Gendengan Temanggung ini sekarang menjadi tempat ‘curah hati’ banyak orang. Maklum, di tengah-tengah kebutuhan mempererat silaturrahim ribuan perantau Temanggung di Jakarta, ia diangap mampu menghubungkan jaringan lintas generasi.

Selama ini ia memang dikenal aktif di kalangan perantau. Sejak tahun 1980, mbah Satoto, demikian orang memanggilnya, aktif menjadi pengurus Paguyuban Alumni SMAN 1 Temanggung (Pasman). Di luar kepengurusannya, ia juga aktif menjalin banyak relasi baik dengan teman seangkatan maupun dengan teman-teman muda, terutama dari organisasi PIKATAN (Perkumpulan Independen Komunitas Temanggungan).


Ketika saat ini musim silaturrahim menggeliat, wajar jika ‘darah gaul’-nya semakin mendidih. Satoto menilai, peranan kaum muda perantau Temanggung banyak memberikan konstribusi bagi masyarakat Temanggung sehingga pantas didukung.


“Adik-adik kita di PIKATAN dan Stanplat memiliki independensi dan visi yang jelas dalam memberikan kontribusi bagi tanah kelahiran. Karena itu saya dan beberapa rekan seangkatan senang berpartisipasi bersama,” ujarnya.


Ngomong-ngomong, badan simbah kok masih kekar ya?
“Saya senang olahraga sejak remaja,” jawabnya singkat.
Olahraga atau gelut mbah?


Mendengar kata gelut, Satoto mendadak tertawa lebar...... ”haha.... ini rahasia perusahaan,” katanya.


Usut punya usut, Satoto yang dikenal ramah dan pendiam ini masa remajanya dikenal jagoan duel di Temanggung. Ia pun sering diminta bantuan teman-temannya saat berantem.
“Tapi kalau saya berantem tidak suka keroyokan. Single itu penting sebagai tanda kejantanan.....haha...,” jawabnya terkekeh setiap kali mengenang kenakalannya.

Masih suka berantem sekarang?
“Wah, jangan dong. Itu kenakalan yang tidak perlu dipelihara, apalagi diwariskan,” pesannya bijak. Leres mbah…..(irawan prasetyadi)

0 komentar:

 
© Original template design: BlogspotTutorial - modifite by Andy Yoes