Masa depan pendidikan mereka cerah jika tidak terbentur dengan biaya mahal.

15 Juli 2006

Kisah Andong Kejeglong Gorong

Oleh MAS KABUL

Asal Mandisari Parakan

Namaku Sumitro, tapi orang-orang lebih suka memanggilku Kuntul. Mungkin karena tubuhku yang tinggi dan kurus ini. Apalagi aku sering pakai baju putih panjang pemberian juragan, yang sebenarnya bukan kesukaanku. Tapi karena sudah dua kali membelikan, kupikir dia akan senang kalau tiap hari kupakai.

Sejak kuda kesayangaku dijual oleh juragan, kesel rasanya aku menunggu pengganti yang dijanjikan. Ketimbang stress di rumah, aku memilih nongkrong tiap hari di andong-andong teman-temanku, di Stanplat depan pasar Parakan. Sesekali aku narik kalau ada andong temanku yang nganggur. Upah narik andong memang tak seberapa, tapi ketimbang tak kerja?

Lagian ada manfaatnya juga, karena aku dapat banyak berita dari obrolan penumpang. Mulai dari isu keretakan keluarga, selingkuhan, sentimen tetangga, rebutan warisan, kabar kelahiran, supitan, ngantenan sampai kematian. Bahkan tak jarang berita politik, ekonomi juga sering aku dengar.

Berita tentang Bupati Totok yang korupsi, dilaporkan, diadili dan menjadi terpidana juga kudapatkan dari para penumpang. Aku juga jadi tahu kalau Wakil Bupati Irfan sedang berdo'a menunggu SK untuk mengganti posisi bupati sampai habis masa jabatan secara gratis tanpa wakil. “Pak Irfan memang pinter mencari kesempatan”, celetuk salah satu penumpang. Kata seseorang, itu yang namanya politisi oportunis. Alias maunya untung, tanpa peduli nasib orang.

Pernah seorang bersarung dan berpeci mirip kyai, begitu naik dari Kali Peek sesaat kemudian menyambung perbincangan penumpang. “Program pemimpin sekarang ini menurut saya amal ma'ruf bil mungkar”, katanya. Lalu disahut pegawai yang naik dari Pasar Eno, “Bukan bil mungkar tapi bela mungkar, karena para koruptor yang rayahan duit rakyat bersama Totok, termasuk DPRD yang sudah jadi tersangka ditutup agar tidak diadili.

Bahkan saya dengar uang 640 juta yang dialokasikan untuk guru-guru bantu juga dikorupsi, tapi disuruh mengembalikan saja, tidak usah diproses nanti ndak mremen-mremen. Apalagi wakil bupati juga punya masalah dengan proyek Pasar Ngadirejo.”

Yen tak pikir, jebul pejabat kuwi le mimpin kok do nganut karo kesenengane dewe. Totok senengane sokle, njuk diparabi Harjo Sokle. Penggantine seneng pajang-pajang iklan, mulo yo pantes nek ono sing marabi Joyo Iklan. Aku nggak tahan mendengar kyai yang lucu ini. Lalu kuberanikan tanya, “Nopo niku maknane pak?” jawabnya; “Joyo kuwi jaya, jaya mergo soko tarif masang iklan.”

Sambil tertawa terkekeh dia turun di depan pasar dan berkata, “satu iklan turah ngo nutup aspal sing njeglong-njeglong ini dik. Kalau pemimpin podo sadar, tidak usah para kusir urunan semen untuk nutup jeglongan ini.”

“Oh, Para-ang. Kapan kau dapat pemimpin yang tidak membohongi rakyat?” gumanku dalam hati sambil menghisap lintingan dan ngombor jaran.

Usai ngombor jaran, tiba-tiba ada tiga orang ibu-ibu muslimat dan seorang priyayi kakung minta diantar ke RS Ngesti Waluyo. Aku pikir, lewat Kauman menuju arah Klenteng saja.

Biasa, kalau ibu-ibu yang naik, pasti suasana jadi pasar burung, cecek toet meriah. Sampai di depan Kawedanan yang sekarang jadi rumah dinas Camat, andhongku gejeblos gorong-gorong yang sudah tiga bulan dibiarkan.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun….! Nak DPRD mbok njaluk tulung nak Irfan dijawil, nek ono wong meteng iso marahi babaran nang kene iki. Camate sing nang ngarep ngadep opo yo ora weruh? Nek duwite pancen entek dikorupsi Totok mbok nganakke tarikan masyarakat,”teriak seorang Ibu.

Priyayi kakung disebelahnya menjawab, “Buuu…arto niku katah. Wong laporane Wabup teng DPRD, tasih wonten tabungan langkung 29 milliar.” Sambil marah dan membetulkan kerudung, ibu itu menjawab, "Ooo, pancen wis do edan kabeh. Opo duit rakyat mung arep gawe pameran?...Wingi Totok duwe utang, njuk saiki Irfan mamerke tabungan, opo men suk nek njago Bupati ben dipilih ngono po?”

Ada sisa dana, tapi jalan njeglong-njeglong dibiarkan, memang lucu dan mengkelke. Apalagi sampai Pak Lurah didesak rakyat untuk turun tangan, tapi tetap tidak bisa berbuat karena merasa tidak punya hak dan takut dikira melangkahi pemda.

Aku pikir Republik Temanggung ini aneh. Kabeh do dumeh. Dumeh aku tinggi duwur trus diceluk Mas Kuntul. Ning yo ra opo, sing penting ra nyopet. Totok dikatakan Harjo Sokle, penggantinya dibilang Joyo Iklan. Intine pejabat kuwi isone ngapusi rakyat wae. O walah, pancen do lambe jaran kabeh. Herrr…..!!!

__._,_.___





0 komentar:

 
© Original template design: BlogspotTutorial - modifite by Andy Yoes