Masa depan pendidikan mereka cerah jika tidak terbentur dengan biaya mahal.

16 Juli 2008

Kauman Parakan, Dulu dan Kini

Perubahan! Tema ini sering diusung para kandidat kepala daerah saat kampanye. Perubahan pula yang terjadi di Kampung Kauman Parakan. Anda yang sedikitnya lima tahun terakhir tidak berkunjung ke tempat ini dijamin akan pangling.

Secara administratif, Kampung Kauman masuk dalam wilayah Kelurahan Parakan Kauman, Kec. Parakan Kab. Temanggung. Namun, sebetulnya ini merupakan sebutan untuk lingkungan yang terdapat di sekitar Masjid Al Barokah Bambu Runcing.

Dalam peta kelurahan, wilayah ini terbagi menjadi dua satuan wilayah berbeda yaitu Dusun Karang Tengah dan Dusun Jetis Kauman. Namun, nampaknya sebutan Kampung Kauman itu sudah manjing dan sudah dikenal turun temurun baik oleh warga setempat maupun warga dari luar.

Nama Kauman tak hanya di Parakan. Tetapi banyak terdapat di daerah lain, utamanya wilayah yang di tempat itu berdiri masjid utama. Sebab itu, wajar jika masyarakat yang tinggal di Kampung Kauman (di daerah manapun itu) dianggap religius. Masjid terbesar di Parakan memang terdapat di Kauman. Di sini terdapat juga dua pesantren, lima madrasah/sekolah dari tingkat dasar sampai atas, satu TK dan tempat pengajian berkala yang semuanya diselenggarakan oleh masyarakat.

Berdasarkan suku bangsa, masyarakat kampung yang terletak di sebelah timur terminal Parakan ini tergolong seragam (homogen). Namun, mata pencaharian masyarakatnya cukup beragam (heterogen). Banyak diantara mereka yang berprofesi sebagai pedagang, buruh, petani, pegawai dan sektor informal yang lain.

Khusus untuk sektor perdagangan, Kampung Kauman punya sejarah menarik. Di era 60-an sampai 80-an, kampung ini dikenal sebagai sentra bakul wade, yakni sebutan untuk para pedagang pakaian di Pasar Legi Parakan. Mereka yang tidak berdagang memiliki pekerjaan terkait, yaitu menerima jasa menjahit berbagai barang, seperti mbayak, kathok kolor, oto, dan kutang. Hasil jahitan mereka-lah yang dijual oleh para pedagang.

Laju zaman mengubah banyak hal termasuk para pedagang itu yang kemudian lebih suka kulakan ke grosir-grosir. Bahkan ada juga pedagang yang langsung kulakan ke Pasar Klewer di Solo atau Pasar Tegalgubug di Cirebon.

Peningkatan kemampuan ekonomi dan pergeseran gaya hidup juga membuat konsumen beralih ke tempat belanja lain, seperti toko, supermarket dan mal. Praktis, para pedagang yang tersisa hanya bisa berharap menangguk untung besar dari konsumen tradisional (sanakan), yaitu ketika menjelang lebaran dan datangnya panen raya tembakau, itupun kalau hasilnya tidak ambleg.

Dengan kondisi tersebut, tidak sedikit para pedagang dan penjahir pakaian yang gulung tikar. Memang masih ada yang bertahan tetapi kebanyakan dari mereka adalah generasi terakhir yang mungkin akan kesulitan mencari penerus.

Perubahan
Rupanya jiwa kewirausahaan tak luntur dari masyarakat Kauman. Itulah salah satu pendorong perubahan di kampung yang dulu pernah menjadi salah satu pusat konsentrasi perjuangan pada masa Indonesia mempertahankan kemerdekaan ini.

Roda perekonomian memang berjalan lambat. Namun situasi ini justru mendorong banyak warga Kampung Kauman untuk membuka usaha yang dulu belum ada. Jika diurut dari ujung jalan masuk ke kampung Kauman, yaitu dari perempatan Pasar Kembang (dulu tempat orang berjualan kembang), terdapat usaha yang sangat bervariasi, antara lain toko/kios kebutuhan rumah tangga, onderdil kendaraan, peralatan elektronik, busana, peralatan sekolah, dan counter HP.

Ada juga yang bergerak di bidang jasa, misalnya membuka bimbingan belajar, sablon, rental komputer, pemesanan kaos, wartel sampai tempat cuci mobil. Hampir semua usaha di atas digerakkan oleh warga lokal.

Bagi anda yang suka berwisata kuliner, di sana juga tersedia berbagai jajanan, seperti bakso, mi ayam, mi ongklok, sate, dan soto yang maknyuuss. Bahkan sekali sepekan, di MI Al Maarif Kauman terdapat Pasar Ahad Pagi yang menyediakan berbagai masakan rumahan.

Di sini kita bisa menyantap nasi gudangan , buntil, tempong, moho dan makanan lainnya yang dijajakan bersamaan dengan diadakannya Pengajian Ahad Pagi. Suasananya ramai lho, sebab pengajian ini biasanya diikuti oleh ratusan orang dari berbaga penjuru di Kab. Temanggung.

Suasana yang dulu relatif lengang sekarang sudah berubah dengan drastis. Banyaknya usaha juga mengubah rumah-rumah di sepanjang jalur utama, yakni Jalan KH Subchi. Jika dulu rumah hanya untuk tempat tinggal, kini rumah juga berfungsi ganda yakni untuk tempat usaha.

Apakah gambaran di atas merupakan penanda bangkitnya entrepreneurship, yaitu suatu sikap hidup berwira usaha untuk menyiasati semakin sulitnya hidup. Wallahu a’lam. Yang jelas gambaran di atas merupakan respon positif terhadap lesunya kondisi dan situasi pada saat ini.

Abd. Fakih Dewantoro
Guru Madrasah Mualimin Parakan

0 komentar:

 
© Original template design: BlogspotTutorial - modifite by Andy Yoes