Banyak cara bisa dilakukan untuk melestarikan kesenian. Seperti yang dilakukan oleh beberapa pelajar SMA di Temanggung yang tergabung dalam grup Swara Bhayangkara Yunior ini. Mereka berlatih kesenian thek thek kentongan. Jika menyebut kenthongan pikiran kita langsung tertuju pada alat komunikasi tradisional tempo dulu yang terbuat dari bambu.
Sekali dipukul, bunyian akan mengeluarkan isyarat-isyarat tertentu bagi masyarakat. Bisa bernada panggilan rapat, kerja bakti, tanda kematian, kebakaran, kemalingan, bahkan tak jarang digunakan para warga untuk isyarat mengrebek pasangan “hubungan gelap”. Alat itu juga tak bisa dipisahkan dari kesan suasana kampung yang gelap, sunyi sepanjang malam.
Tapi siapa sangka, kenthongan saat ini mulai mengalami pergeseran makna dari pakem-nya. Kenthongan tidak hanya menjadi sarana komunikasi atau penggugah tidur saat beronda. Bunyi-bunyian kenthongan yang semula hanya monoton dan tak memiliki nada dasar, kini menjadi suara yang enak untuk dinikmati. Untuk menghasilkan nada yang merdu, kenthongan bambu ini ditingkahi dengan alat musik perkusi lain. Bahkan, kreativitas seniman kenthongan ini menambah nuansa baru dalam perkembangan musik.
Tidak ada yang tahu persis dari mana asal seni musik kenthongan. Orang hanya tahu musik ini berasal dari kampong, sesuai dengan latarbelakang sejarahnya; sebagai alat kegiatan ronda kampung.
Tidak hanya di Temanggung, melainkan bisa kita temukan di beberapa
Group Swara Bhayangkara yang mengusung musik kentongan ini dibentuk oleh kapolres Temanggung AKBP Widiyanto Poesoeko pada, 5 Pebruari 2006. Berbeda dari pendahulunya yaitu Swara Bhayangkara, Group Swara Bhayangkara Junior ini berusaha memasukkan lagu-lagu pop di tiap penampilannya. Meskipun baru berumur jagung, group Swara Mahardika junior ini sudah sering pentas di even-even yang diadakan di Temanggung.
Seperti peresmian Masjid di Pringsurat, peresmian klentheng Temanggung dan lain-lain. Tak heran jika akhir-akhir ini frekuensi latihan mereka diperbanyak karena sudah ada beberapa undangan untuk tampil. Kalau hari-hari biasa mereka berlatih seminggu sekali namun ketika ada undangan untuk mentas hampir tiap hari selesai bersekolah mereka belatih di bawah bimbingan Aiptu Dwi Astuti Ratna.
Layaknya Marcing Band, kesenian thek thek ini juga dilengkapi dengan mayoret sebagai pemimpin. Group yang beranggotakan 85 orang ini terdiri dari beberapa pelajar SMU yang tergabung dalam Kegiatan pramuka Saka Bhayangkara di bawah asuhan polres Temanggung. (Hanifa)
0 komentar:
Posting Komentar